KERJA

SEBAGIAN rekan yang saya tanyakan soal motivasi kerja, ada yang menjawab karena tuntutan perut dan demi tetap mengepulnya asap dapur di rumah. Yang lain menjawab termotivasi karena bidang kerja yang digeluti adalah impian dan cita-cita sejak kecil.

Ada juga yang menganggap termotivasi bekerja untuk sebuah kejayaan (glory), kemakmuran serta untuk mendapatkan peringkat social yang tinggi di masyarakat. itu di luar materi yang dianggap sudah menjadi hal rutin yang seharusnya diperoleh sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja yang dilakukan.

Lelaki dewasa identik sebagai tulang punggung bagi keluarganya. Ia pemimpin, kepala keluarga dan sumber pendapatan. Hal tersebut berlaku umum walau pada kenyataannya kita juga mendapati lelaki yang hanya bisa berlindung di balik ketiak istri. Lelaki yang memposisikan diri sebagai “bapak rumah tangga” yang baik. Segala dan apa-apa-nya bergantung pada istri yang begitu digdaya memimpin rumah tangga. Tapi untuk sementara, golongan yang ini kita abaikan saja dulu.

Seorang (maaf, red) pria tukang sampah di jalan, menjalani pekerjaannya karena tuntutan perut dirinya sendiri dan juga keluarga di rumah. Saya berani jamin, jika ada survey atau jajak pendapat dilakukan terhadap mereka, tidak ada satupun tukang sampah yang menghendaki pekerjaannya itu.

Tapi mereka melakukannya sebagai bentuk tanggung jawab terhadap kehidupan yang dijalaninya. Kalau disuruh memilih, atau mendengarkan tuturan cita-citanya saat masih kecil, banyak yang memilih pos pekerjaan yang lebih bergengsi dari sekedar tukang sampah.

Tapi itulah hidup. Kadang kita harus melakoni sesuatu hal bukan karena kesenangan atau pilihan hati. Tapi karena kondisi dan realita yang dihadapi. Kondisi yang sama juga banyak terjadi pada orang-orang pekerja malam yang terpaksa harus membalik-balikkan jam hidup biologis normalnya hanya demi untuk mendapatkan perut tetap terisi dan menjamin asap dapur di rumah terus mengepul! Saya masukkan mereka di golongan pertama dari lead tulisan saya ini.

Ilustrasi, ruang kerja

Golongan pertama tidak hanya untuk mereka yang berasal dari kasta pekerjaan rendahan saja. Banyak juga contoh yang kita temui, secara level pekerjaan seorang pria duduk dalam posisi jabatan yang cukup bergengsi.

Tapi mereka menjalaninya datar-datar saja. Berangkat kerja di pagi hari, kemudian sibuk dengan aktifitas pekerjaan, istrirahat siang, melanjutkan kembali sisa kerja dan pulang ke rumah. Akhir bulan, mendapat apresiasi dari pekerjaan yang dilakukan selama satu bulan dalam bentuk gaji.

Semuanya terlihat mengalir sebagai sebuah siklus yang berulang. Beberapa rekan dan relasi yang sempat saya amati demikian, biasanya memiliki karakteristik enjoy dan santai dalam menjalani pekerjaan, rutinitas dan kehidupannya. Mereka orang adalah orang-orang yang mengganggap kehidupan sebagai sebuah bagian yang seharusnya dinikmati, sesulit apapun itu.

Oh ya, saya punya seorang rekan. Rekan sedari kecil yang tumbuh bersama, sekolah sama-sama dan kini menjadi seorang arsitek. Ini impiannya sejak kecil!!. Mata pelajaran sejarah dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) boleh jeblok saban pembagian raport. Tapi tidak untuk mata pelajaran menggambar.

Kami selalu bersama kecuali saat kuliah. Ia lebih memilih pisah dari saya demi untuk mengejar kuliah di jurusan arsitektur. Bertemu kembali enam tahun lalu saat sudah sama-sama bekerja. Ia ternyata tetap keukeuh dengan impiannya dan jadi seorang arsitek.

Apa yang terjadi? Kesenangannya yang luar biasa terhadap bidang pekerjaan itu malah sering membuatnya lupa waktu. Jam kerja tidak menjadi batasan baginya untuk beraktifitas menyelesaikan tanggung jawab pekerjaannya. Job kerja yang digeluti jadi hal yang begitu dicintai. It’s a workaholic!!

Anda punya rekan seorang legislator? Ini juga jenis pekerjaan. Pekerjaan politis, prestisius bagi sebagian kalangan dan tentunya juga terhormat!!. Orang-orang yang duduk di sana notabene merupakan wakil rakyat. Apa sih motivasi mereka menggeluti dunia atau bidang pekerjaan tersebut? Ada yang bilang karena kejayaan. It’s a prestisus job. Ini job pekerjaan terhormat. Coba saja simak potongan syair iwan fals soal legislator …wakil rakyar kumpulan orang hebat…

Atau mungkin anda punya teman pengusaha atau paling tidak wiraswastawan kecil-kecilan? Mengutip omongan bung Jaya (Jaya Setiabudi, entrepreneur, red) :

“kalau mau jadi kaya jangan jadi karyawan. Tapi jadilah pengusaha”.

Jelaskan motivasinya? Kira-kira anda masuk di kategori pria dengan motivasi kerja yang bagaimana?

(*)

Postingan ini pertama kali diunggah pada 14 April 2007 di blog saya yang lama : noesaja.wordpress.com
Bintoro Suryo

About Author /

Admin

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search