SETIA

KARENA kesetiaan, bisa-bisa seorang pria ditinggal pasangannya. Bukan karena mereka jadi bersikap terlalu posesif, bukan! Tapi ada yang menganggap pria setia cenderung membosankan. Hari-hari yang dijalani bersamanya jadi terlalu datar-datar saja. Apa iya begitu?

Wah, kalau benar seperti itu banyak dong yang memilih jadi pria hidung belang saja. Bisa gaet sana-sini. Minimal bisa ganti-ganti suasana selain tetap bisa memberikan hari-hari yang bergairah bagi pasangannya. Maaf sebelumnya, tapi tolong jangan jadikan lead tulisan saya di atas sebagai sebuah patokan dalam menjalani hubungan dengan pasangan anda. Jujur, ini murni terinspirasi dari sebuah tayangan film di televisi yang pernah saya tonton.

Di sana diceritakan tentang kehidupan seorang pengasuh kolom sebuah majalah pria yang mempunyai kisah cinta yang terlalu adem dengan pasangannya. Hampir seluruh hari-harinya dilalui dengan sangat datar. Bekerja, memberi waktu buat sang kekasih, istirahat. siklusnya begitu-begitu terus. Tanpa ada rasa cemburu apalagi keinginan untuk selingkuh atau menjalin hubungan dengan wanita lain. Baginya, the woman who has choice is the right. Not the way to do anything but for her. Begitu sempurna, datar dan tanpa gejolak. Kondisi itu malah menciptakan kejenuhan yang lain bagi si wanita. Ia merasa kisah cintanya hambar. Tanpa bumbu apalagi cemburu dari sang pacar. Ia butuh suasana lain yang penuh gejolak.

Sebuah problematika dalam suatu hubungan percintaan. Bisa ditebak yang terjadi kemudian. Si wanita meninggalkan si pria setia itu. Sang pria sedih tapi tetap yakin bahwa prinsip hidup yang dijalani soal kesetiaan dalam suatu hubungan adalah sebuah hal yang benar dan harus terus dipertahankan.

Waktu berlalu sampai akhirnya si pria bertemu dengan seorang wanita yang memiliki prinsip hubungan soal kesetiaan yang hampir sama. Yang beda Cuma job kerja. Si pria bekerja sebagai penulis di sebuah tabloid mingguan ibu kota. Si wanita adalah seorang penyiar radio beken, juga di ibukota. Alur menuju klimaks diceritakan bahwa masing-masing tidak yakin bahwa lawan jenis memiliki kesetiaan seperti yang dimiliki. Soalnya, keduanya memiliki track hubungan yang hampir sama.

Ditinggalkan kekasih-kekasih mereka karena terlalu mengagungkan kesetiaan. Kacaunya, kedua tokoh sebenarnya diceritakan mulai tertarik satu sama lain. Si pria sempat luluh karena rasa cinta. Sementara yang wanita kelihatan masih trauma dengan masa lalu.

Ending klimaks diceritakan saat mereka menggelar debat terbuka soal kesetiaan. Mendadak mantan pacar si pria datang memberi kesaksian bahwa pria itu benar-benar merupakan sosok pria yang setia. Ia juga menyesalkan hubungannya yang putus karena menganggap pria setia membosankan. Kontan, si wanita jadi kelepek-kelepek dan ending-nya mereka jadian. Sebuah cerita yang romantis soal kesetiaan!!

Oh ya, cerita saya tadi tidak bermaksud menggiring anda untuk jadi pria setia kok. Jadi jangan takut tulisan ini mendoktrin anda, sama sekali tidak!! Jika anda bukan merupakan tipe pria setia, itu adalah urusan anda. Saya sebenarnya sedang mereka-reka saja, apa iya pria setia cenderung membosankan seperti yang saya tonton dalam cerita film itu? Bagaimana menurut anda?

(*)

Postingan ini pertama kali diunggah pada 26 April 2008 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com
Bintoro Suryo

About Author /

Admin

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search