TAKLUK

SEBAGIAN kalangan ada yang mengatakan pria itu tipikal penjajah. Paling tidak bagi lawan jenisnya, wanita. Anggapan itu bisa jadi tidak salah mengingat kodratnya yang diciptakan sebagai seorang pemimpin. Paling tidak dalam lingkungan kecil keluarganya sendiri. Tapi bagaimana dengan pria-pria yang mempunyai karakteristik takut istri?

Dalam pergaulan, di tempat kerja atau bahkan di lingkungan tempat tinggal kita, karakteristik pria takut istri sering jadi bahan olok-olok yang tidak pernah ada habisnya. Rasanya lucu dan aneh juga jika kita mendapati tetangga, teman sejawat atau rekan kerja kita yang begitu takut dan takluk dengan wanita yang berstatus sebagai pasangannya. Soalnya, idiom pria pemimpin itu sudah membahana kemana-mana. Dalam kitab suci agama islam juga disuratkan.

Tapi masalahnya, idiom pemimpin ini sering kali disalah artikan. Dalam lingkungan kecil keluarga misalnya. Seorang lelaki kepala keluarga bisa jadi semena-mena dengan psangannya karena mengganggap dia adalah seorang pemimpin. Selain fenomena pria takut istri seperti yang saya singgung di atas, banyak kita temui pria yang bisa dengan semena-mena menjalankan otoritasnya secara dictator dalam lingkungan keluarga. Kesannya ya jadi penjajah. Nah, bagaimana jika harus memimpin lembaga yang lebih besar dan komplek. Bisa-bisa sikapnya itu bisa terbawa-bawa.

Fenomena pria penjajah ini memang sudah ada sejak dulu sekali. Mungkin hampir sama dengan fenomena penciptaan manusia itu sendiri. Saat manusia ditiupkan hawa nafsunya. Saat ego mulai ada dalam jiwa pria.

Pernah dengar Casanova kan? Itu idiom lelaki penakluk yang sukses dalam urusan asmara dengan banyak wanita. Saking terkenalnya, ia jadi symbol bagi kaum hawa tentang wujud pria yang dikelilingi banyak wanita. Ia begitu perkasa dalam urusan asmara. Tentunya pintar menaklukkan hati wanita. Jika melihat roman sejarah ceritanya, Siapa sih wanita yang tidak takluk dihadapannya. Ia begitu dipuja oleh para pengagumnya yang rela melakukan apa saja agar tetap dicintai. Wow asyik benar.

Tapi coba bandingkan dengan teman saya berikut ini. Punya keluarga kecil dengan sepasang anak yang manis-manis.Karir pekerjaan juga bisa dibilang mapan. Belum lagi ekonomi keluarga yang juga ditopang oleh istrinya yang juga bekerja. Jika bertemu dengan teman saya ini, sepintas bisalah kita mengganggapnya sebagai the lucky man. Soal wibawa di lingkungan kerja, jangan ditanya. He’s the boss… tapi, jika kita mengenalnya lebih dalam, barulah bisa tau jeroan-nya. Teman saya itu adalah tipikal pria yang begitu memuja pasangan. Kasarannya, ia rela-rela saja memberikan kepala jika memang itu bisa memberi bukti cinta kepada pasangannya. Sebisanya, tidak ada permintaan istri yang mampu ditolak. Tidak ada juga cerita berpaling ke wanita lain. The one and only hanya untuk sang istri. Tapi apa lacur. Ia jadi begitu kelihatan lemah. Semua keinginan istri seperti titah baginya. Harus dilakukan! Wah.. wah.. wah saya jadi ngomongin jeroan dalam teman saya itu.

Tapi, its okay. Anda toh tidak tau teman saya yang mana itu?

(*)

Postingan ini pertama kali diunggah pada 28 April 2008 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com
Bintoro Suryo

About Author /

Admin

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search