BEKERJA DENGAN MULUT
SEMUA manusia normal pasti juga menggunakan mulutnya sebagai alat bantu untuk bekerja. Kalangan tertentu malah menggunakan mulut sebagai modal utama pekerjaan. Yang lain menggunakan mulutnya untuk mengaku-aku pekerjaan sebagai buah karyanya!
Saya tidak sedang membahas golongan pertama dalam materi tulisan kali ini. Golongan kedua? Saya pikir anda sekarang mungkin sudah bisa memasukkan daftar nama beberapa orang terkenal atau yang ada di lingkungan sendiri. Mereka yang bekerja dengan memanfaatkan mulut sebagai modal utama. Mulut menstimulasi sel-sel otak yang berisi keahlian tertentu untuk memunculkan sebuah hasil kerja positif.
Saya juga mulai mendaftarkan. Menurut versi saya tentunya! Di sini ada AA’ Gymnastiar-Dai kondang yang berdakwah dari satu lokasi ke lokasi lain, dari satu masjid ke masjid lainnya. Dari satu stasiun televisi ke stasiun televisi lain. AA’ Gym menyampaikan dakwah untuk umat menggunakan mulutnya. Coba bayangkan jika AA Gym bisu (Na’uzubillahhi Min Dzalik, mudah-mudahan itu tidak terjadi!, red). Kita tidak akan pernah mendengar siraman-siraman rohani AA’ Gym yang begitu menentramkan hati. Yang memberi rasa optimis dalam melihat keruwetan dunia….
Safir Senduk, seorang ahli perencana keuangan keluarga, rasanya juga bisa masuk dalam daftar ini. Ratusan bahkan mungkin sudah ribuan saat ini orang yang datang ke kantor konsultasinya. Berusaha mencari jalan tengah menyelesaikan persoalan keuangan keluarga yang menjerat. Safir coba memberi solusi dari pengetahuan yang dimiliki. Melalui apa? Melalui mulut!
Safir Senduk juga aktif ikut di beberapa seminar. Baik yang digelar sendiri atau menerima undangan dari pihak lain.
Sebagai pembicara tentunya. Menggunakan apa? Lagi-lagi alat tubuh yang bernama mulut. Pengetahuan di otak Safir Senduk distimulasi menjadi gelombang-gelombang suara yang dikeluarkan melalui mulut.
Golongan lain? Ada pengacara. Berdebat di ruang sidang sudah jadi pekerjaan rutin yang harus dijalani. Mereka biasa membalik-balik fakta atau bersilat lidah. Yang penting kliennya bisa menang. Kaum pengacara punya dasar ilmu hukum yang dicerna lagi-lagi menggunakan otak. Kemudian dirubah menjadi gelombang suara yang mendukung hasil kerja. Dengan berbicara, mereka mendapat apresiasi materi! Adalagi yang lain, misalnya si penyampai pesan.
Nah, golongan yang ketiga bagaimana? Anda pernah merasakan dkhianati oleh seseorang karena hasil kerja keras kita diakui sebagai buah karyanya? Orang seperti itu saya masukkan di daftar pertama dari golongan nomor tiga. Siapa yang rentan “terjerumus” masuk dalam golongan ketiga? Jika anda karyawan, bisa jadi anda sendirilah orangnya. Oh, tidak? Anda tidak merasa seperti itu? Ok, bisa jadi itu atasan anda….
Ada banyak faktor yang menyebabkan orang bisa “terjerumus” masuk dalam daftar “manusia besar omong”. Yang paling utama dan sering jadi penyebab utama adalah soal finansial. Ingin meraih finansial dengan jalan yang gampang. Bisa juga karena Glory-kejayaan. Merasa ingin hebat dengan kemampuan yang terbatas. Mengakui hasil kerja orang lain sebagai buah karya sendiri membuatnya disanjung orang lain. Apalagi, itu tidak perlu skill yang rumit. Cuma dengan skill pede dalam berbicara untuk menyampaikan.
(*)
Postingan ini pertama kali diunggah pada 29 April 2008 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com