Harpitnas : It’s the time to be BOLOS!! (II)
ANDA punya kalender yang digantung di dinding atau diletakkan di meja kerja? Saya punya, walaupun untuk mengetahui penanggalan saat ini, kita bisa melihatnya di banyak tempat. Di Arloji, ponsel, PC, Notebook atau PDA yang kita bawa kemana-mana. Tapi, untuk bisa mengerti cerita saya, anda memang sebaiknya melihat kalender konvensional yang juga mencantumkan tanggal merah untuk hari-hari besar nasional.
Melihat dan mengamati kalender adalah salah satu kesenangan saya saat kecil. Saya jadi bisa menghitung-hitung sendiri. Berapa lama lagi saya ulang tahun. Itu artinya, saya akan mendapatkan hadiah lagi dari orang tua! Hal lain, saya jadi tahu, dalam satu bulan ada berapa hari tanggal merah. Semakin banyak tanggal merah, semakin banyak waktu bermain! Kalau tanggal merahnya mepet dengan hari Minggu, itu berarti “Harpitnas : It’s the time to be BOLOS!!” Alasan lain? Saya senang mengamati gambar yang ada di kalender. Apalagi gambar Artis… Biar masih kecil, saya juga sudah tahu mana yang cantik dan mana yang tidak menarik!
Tapi, setelah dewasa dan bergelut dengan dunia pekerjaan, kalender adalah barang yang paling jarang saya jamah. Untuk penanggalan, saya lebih sering mengingatnya di dalam kepala. Hari ini senin tanggal sekian…. besok selasa tanggal sekian….. dan seterusnya dan seterusnya.
Pekerjaan profesional saya, membuat semua hari sama saja. Libur sebenarnya hanya sekedar mengganti waktu istrirahat. Biasanya lebih banyak dihabiskan di rumah. Tidur lebih panjang, bercanda dengan istri atau membaca buku dan mendengarkan MP3 favorit. Dalam kamus pekerjaaan saya, tidak ada istilah tanggal merah. Tidak ada lagi menghitung-hitung tanggal merah seperti saat kecil. Kalau mau libur dan ingin waktu longgar agak panjang, berarti saya harus ambil cuti. 12 hari kerja, satu kali dalam setahun!
Memang, sesekali muncul kerinduan masa kecil. Mengamat-amati tanggal di kalender. Menghitung-hitung tanggal merah, dan mereka-reka sendiri rencana yang mau dilakukan..Tapi, saat melakukannya saya jadi kaget!! Kok?
Iya kaget! Tidak ada lagi istilah Hari Kejepit Nasional atau “Harpitnas” dalam istilah saya. “Harpitnas” tidak menghilang, tapi dilegalkan!! Kalau anda jeli, anda juga bisa lihat di penanggalan kalender konvensional saat ini. Ada hari yang mengawali atau mengiringi tanggal-tanggal merah untuk hari besar. Di kalender, sering diistilahkan sebagai cuti bersama!!
Penentuan waktu untuk hari cuti bersama oleh pemerintah kita juga sangat fleksibel. Misalnya, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW jatuh pada hari Kamis tanggal 20 Maret. Bisa dipastikan cuti bersama jatuh keesokan harinya, Jumat 21 Maret. Sabtu rata-rata dianggap libur karena banyak instansi pemerintah yang menerapkan lima hari kerja.
Nah, kalau ditarik garis lurus dari hari Kamis hingga Minggu, akan ada empat hari libur!
Contoh lain, hari Selasa tanggal 20 Mei adalah tanggal merah untuk perayaan hari Waisak. Mau tau, hari cuti bersamanya jatuh tanggal berapa? Anda bisa lihat, cuti bersama jatuh satu hari sebelumnya, Senin 19 Mei! Sekali lagi, jika ditarik garis lurus dari hari Sabtu tanggal 17 Mei, akan ada 4 hari libur!!
Apa kesimpulannya? Hari Cuti bersama mengejar hari Minggu!! Bisa diletakkan mengawali atau mengiringi penanggalan merah hari besar. Siapa penggagasnya? Entahlah, tapi yang jelas pemerintah kita. Siapa yang menjalani aturan itu? Bisa dikatakan pemerintah sendiri, aparatur kita dan PNS dari pusat hingga daerah.
Seharusnya saya senang “Harpitnas” sekarang sudah dilegalkan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, saya sedih…. Dalam bayangan saya, mereka yang menggagas aturan hari libur seperti itu adalah mereka yang pernah menjadi siswa sekolah di era 70 atau 80-an. Mereka yang pernah melewati Sabtu Krida bersama. Mereka yang bersorak gembira bila “Harpitnas” tiba. Mereka yang menjalani “Harpitnas” terlarang itu. Salah satunya mungkin saja teman saya.
(*)
Postingan ini pertama kali diunggah pada 7 Mei 2008 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com