Sebelum Berbagi Pahami Dulu Si Dia
BERBAGI adalah cara kita mengurangi beban perasaan. Termasuk dalam sebuah hubungan. Berbagi dengan pasangan adalah solusi yang ideal untuk dilakukan. Soalnya pasangan adalah orang yang paling dekat dengan kita. Tapi, ternyata melakukannya tidak semudah teori. Sebelum berbagi, kita dituntut untuk mengerti kepribadian pasangan kita. Jadi, jangan buru-buru memvonis si dia tidak bisa berempati bila reaksinya tidak sesuai harapan
Untuk mengerti pasangan hidup kita (suami, red) memang tidak semudah membalikan tangan. Butuh proses dan waktu. Telah menjalin hubungan yang lama dalam masa pacaran, belum jadi suatu jaminan bahwa kita telah memahaminya secara utuh.
Bahkan hidup satu atap selama bertahun-tahun pun belum jadi jaminan kita telah memahami si Dia. Buktinya, ada saja riak-riak kecil itu masalah yang kadang terjadi dalam rumah tangga. Kata sebagian orang, itu merupakan bumbu perkawinan. Lantas bagaimana ketika kita tidak bisa memahami pasangan, kemudian sering cekcok dan pada akhirnya berujung perceraian? padahal perkawinan telah berlangsung bertahun-tahun.
Memang sulit memahami secara utuh pasangan kita. Tapi paling tidak kita bisa merabanya dari sifat dan kebiasaannya sehari-hari. Fakta-fakta di bawah ini, mungkin akan membantu para wanita untuk memahami isi hati pasangan masing-masing. Kira-kira pasangan anda masuk kategori yang mana?
1. Susah Ngomong
Memang susah meminta lelaki bicara. Ia sebenarnya berbicara seperti Anda, namun sayang lawan bicaranya bukan Anda, melainkan dirinya sendiri. Gaya bicara perempuan dan lelaki memang beda. Perempuan bicara di luar kepala, artinya orang lain bisa mendengar. Sementara lelaki berbicara di dalam kepalanya, artinya tidak ada yang tahu ataupun mengerti selain dirinya sendiri. Pantas…
2. Stres = bungkam
Lelaki tak memiliki wilayah otak yang kuat untuk berbicara. Itu sebabnya, ketika sedang merasa tertekan, mereka lebih memilih bungkam dan berhenti bicara. Ia akan menggunakan otak kanannya untuk mencari solusi dan mengunci otak kirinya yang berfungsi mendengar atau berbicara di saat yang bersamaan.
3. Main Jadi Pelarian
Lelaki yang merasa tertekan, biasanya akan mengundang atau mengajak lelaki lain untuk melakukan sesuatu seperti bermain golf, games, atau mengutak-atik mobil. Sambil menikmati permainan, mereka menguras otak kanannya untuk memecahkan masalah. Kok? Bagi mereka, dengan merangsang wilayah kecakapan spesialnya (kemampuan menggambarkan bentuk, koordinat, proporsi dan geografis objek dalam pikiran) akan mempercepat penyelesaian masalah.
4. Tak Tahan Keluhan
Sejak kecil, mereka dididik untuk menyembunyikan kelemahannya. Tegar dan memiliki kemampuan mengontrol emosi. Itulah bayangan mereka tentang lelaki sejati. Tidak mengherankan apabila pada akhirnya mereka kurang memiliki toleransi terhadap keluhan, apalagi rengekan. Jika pasangannya mengeluh, ia merasa harus membantu. Jika frekuensi keluhan pasangannya sangat tinggi, maka ia akan merasa gagal membahagiakan pasangan. Akibatnya, dia akan menarik diri dari kehidupan Anda.
5. Sulit Menangis
Hati boleh teriris-iris, tapi menangis di depan Anda? No way! Sejak kecil lingkungan sudah melarang mereka untuk menangis. Memori ini membekas di kepala hingga dewasa. Lelaki akan benar-benar menangis hanya ketika mereka membuka segmen emosi yang ada di dalam otak. Sayangnya segmen tersebut jarang dibuka dan mereka lupa kuncinya. Akibatnya, mereka nyaris tak pernah meneteskan air mata di depan publik. Mungkin hanya laki-laki dalam sinetron saja yang royal air mata.
6. Pantang Ungkap Perasaan
Anda mungkin selalu bertanya-tanya, mengapa laki-laki selalu ingin tampil gagah? Mengapa ia tidak bisa sedikit saja menunjukkan pada Anda bagaimana perasaannya. Sekali lagi, itulah pria. Ketika marah atau bingung, ia lebih memilih untuk menahannya sendiri dan mengasingkan diri.
7. Mr. Pengendali Emosi
Pria akrab dengan emosi yang ditekan, kemarahan yang tidak terpecahkan, dan ketidakmampuan menyatakan perasaannya. Anak lelaki melihat karakteristik lelaki sejati dengan keberhasilan materi, ketenangan, kekuatan fisik dan psikologi. Lelaki jantan dalam pandangan mereka adalah pakar dalam mengendalikan diri.
8. Gengsi Curhat
Jika perempuan dapat dengan mudah curhat kepada teman perempuannya, lelaki merasa gengsi untuk bercerita tentang masalah pribadi dengan teman sesamanya. Memang kedengarannya aneh. Tapi, mereka menganggap teman sejenisnya sebagai saingan dan ia merasa tak nyaman menceritakan kelemahannya. Kalaupun menceritakan, ia akan lari ke teman perempuan. Jika di dunia ini sudah tak ada lagi perempuan, barulah mereka akan bicara pada teman lelakinya.
9. Benci Dikasihani
Ketika Anda melihat wajah kekasih Anda kecewa, sedih atau bete, tentu Anda ingin segera membantunya. Tapi, jangan coba-coba melakukan ini jika ia tidak minta bantuan. Niat baik perempuan untuk membantu lelaki yang sedang bermasalah tidak selalu positif. Karena umumnya, bantuan perempuan akan membuat dia merasa tertekan. Ia akan merasa kemampuannya dipertanyakan.
10. Cepat Melupakan Masalah
Anda mungkin seringkali bertengkar dengan pasangan. Terkadang bukan pertengkarannya yang bikin dongkol. Tapi babak setelah pertengkaran itu terjadi. Gimana nggak sebel, Anda masih sakit hati, eh dia bersikap seolah tidak perduli. Mereka bukannya sok tidak peduli, tapi mereka tidak sadar bahwa perasaan Anda terluka, atau menganggap persoalan telah selesai.
Lelaki memang sulit memahami sakit hati Anda karena perasaannya tidak terlalu peka. Ia menganggap kata-kata yang dilontarkannya saat bertengkar tidak menyinggung perasaan Anda sama sekali.
Dengan memahami sifat dan kebiasan yang terlihat, anda mungkin bisa lebih bijak dalam menyikapinya. Psikolog di Batam, Bibiana Dyah Sucahyani mengatakan kita dan pasangan adalah berbeda, sehingga kita tidak bisa menjadi pasangan kita, begitu juga sebaliknya. Karena itu saling memahami diartikan dengan mengerti, menerima dan menyesuaikan diri dengan pasangan kita.
Dalam beradaptasi dengan pasangan ada dua cara. Pertama mengubah eksternal diri. misalnya pasangan kita diminta berubah sesuai yag kita inginkan, atau kita mengubah tuntutan kita. Nah, bagaimana sikap sebagai pasangan? kuncinya adalah berusaha terus saling belajar mengerti. Sisi yang sama bisa dipertahankan. Sedangkan sisi yang berbeda adalah zona untuk saling mengisi.
Berikut, tips yang diberikan psikolog Bibiana Dyah Sucahyani untuk memahami pasangan anda :
1. Komunikasi dan makin membuka diri.
2. Jangan pelit dalam memuji dan berterima kasih.
3. Jangan malu bertanya tentang pendapat pasangan
4. Jangan gengsi untuk meminta maaf.
5. Dalam memberi komentar, jangan sekedar menyenangkan tapi justru memberi pendapat.
6. Pada pasanganyang pendiam, mungkin perlu dipancing dengan menceritakan dan meminta pendapat
7. Harus belajar jadi pendengar yang baik.
Nah, jika tips ini sudah dilakukan, baru mulai berbagi. baik itu bercerita, berbagi masalah, kekecewaan, harapan, tugas dan lain-lain sesuai porsi dan posisi. (ann)
Wiwi Herwiwati, Pimpinan Surya Timur
Jangan Putus Komunikasi
Untuk memahami pasangan memang tidak mudah, butuh waktu yang cukup lama. Ini di akui Wiwi Herwiwati. ”Waktu awal-awal pernikahan, kita belum saling mengerti. Apa sih maunya, Dia juga mungkin masih belum tahu apa mau saya, ” kata Pimpinan Surya Timur, Wiwi Herwiwati.
Baru setelah tujuh tahun, pasutri ini benar-benar sudah saling memahami. ”Menyatukan dua kepala memang tak mudah. Sampai sekarang kita tetap belajar untuk terus saling memahami. Apalagi kita punya latar belakang yang berbeda, jadi segalanya perlu proses pembelajaran,” tambah wanita yang menikah tahun 1995.
Meski awal-awal pernikahan suami sering pergi ke luar kota dan keduanya sibuk kerja, hingga kini perkawinan bisa terus berjalan. ”Yang paling penting komunikasi jangan sampai terputus, harus tetap saling terbuka. Kita juga sering beribadah bareng. Malah sekarang karena kita sudah nikah lama, lama-lama jadi kayak teman, ” kata Wiwi.
(*)
Postingan ini pertama kali diunggah pada 20 Mei 2008 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com