Sehat Pakai Spa Feminine
CARA merawat organ intim yang paling gampang tidak lain dengan mandi secara menyeluruh. Termasuk membersihkan bagian intim, Juga bagian selangkangan – bahkan bagian dalam vagina – dengan sabun mandi biasa. Kalau dirasa masih kurang puas dengan cara biasa itu, Anda bisa mencoba spa khusus untuk merawat organ kewanitaan ini.
Spa khusus itu biasa disebut vagina spa atau feminine spa, yang sebenarnya sudah dikenal sejak zaman nenek moyang kita dulu. Barangkali cuma beda istilah. Namun, intinya sama, yaitu merawat organ intim untuk mencegah dan mengatasi keputihan, menjaga daya tahan terhadap infeksi, menimbulkan sensasi, dan meningkatkan gairah seksual. Vagina spa tergolong aman karena tidak menggunakan alat atau bahan yang dimasukkan atau disemprotkan ke dalam liang vagina.
Spa ini baik dijalani, terutama menjelang pernikahan untuk melemaskan otot dan saraf yang tegang. Juga baik jika dilakukan pada masa nifas untuk mengembalikan kelenturan vagina, menguatkan otot dasar panggul, dan memulihkan kondisi tubuh. Perlu diingat, “Spa hanya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatan, kenyamanan, dan ketenangan,”
kata Debra Maria R., presiden direktur Air Cantee Spa a, mengingatkan. “Bukan untuk mengobati. Sebab, menangani organ dalam adalah tindakan medis, dan itu harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih seperti bidan atau dokter.”
Hal-hal yang bisa diatasi dengan vagina spa antara lain masalah keputihan ringan, gatal-gatal, cairan vagina berlebihan saat berhubungan intim, vagina longgar pasca melahirkan, atau kejang otot saat berhubungan. Penyakit yang berkaitan dengan organ seks, termasuk infeksi pada organ intim itu, harus dokter yang menangani.
Konsep inti dari vagina spa sebenarnya aroma terapi khusus untuk vagina berupa pembasuhan dan penguapan. Dalam praktik, untuk membasuh atau membilas digunakan air dingin satu gayung ukuran seliter, ditambah minyak esensial lavender 20 tetes dan tea tree sebagai antiseptik. Bisa juga dengan air rebusan daun sirih yang sudah dingin.
Lakukan maksimal satu bulan dua kali, yaitu usai haid dan dua minggu setelahnya. Atau, bila dirasa perlu, misalnya ketika merasa tak nyaman sehabis keluar kota. Spa memang tidak dianjurkan dilakukan terlalu sering agar tingkat keasaman cairan vagina tetap terjaga.
Seperti diketahui, kelenjar bartholin yang terletak di dinding vagina menghasilkan cairan bening kekuningan tak berbau. Cairan itu berfungsi sebagai pelumas pada saat berhubungan intim, membersihkan vagina, dan menjaga keseimbangan kadar keasaman (pH) tetap pada kisaran 3,5 – 5 untuk mencegah infeksi.
Penguapan pun dilakukan dengan ramuan herbal. Anda yang suka gaya Barat bisa memilih rosemarry, thyme, dan sage. Yang setia pada ramuan tradisional Indonesia dapat memanfaatkan 5 lembar daun sirih, 2 – 3 cm kulit kayu manis atau 1 sendok teh bubuk kayu manis, dan 5 butir cengkih. Bila tak ada gangguan keputihan, kurangi cengkihnya.
Semua bahan penguapan ala Barat dapat dibeli di pasar swalayan besar bagian bumbu dapur. Sedangkan bahan tradisional Timur dengan mudah dapat diperoleh di pasar tradisional.
Bahan-bahan itu direbus lalu dituang ke dalam wadah keramik atau kaca. Sebaiknya, tidak menggunakan wadah aluminium supaya aroma zat aktif logam tak tercampur.
Upayakan uap yang dihasilkan tak terlalu panas. Saat penguapan dilakukan, duduklah di atasnya dan ditutup kain sarung atau lainnya. Bisa juga duduk di kursi khusus yang bolong di tengahnya, sementara mangkuk keramik berisi air rebusan ditaruh tepat di bawah nya. Lama penguapan 10 – 15 menit sampai uap habis. Karena fokusnya ke arah organ intim, penguapan dianjurkan tidak terlalu sering dilakukan, maksimal dua kali seminggu. Bila berlebihan, dikhawatirkan keseimbangan pH vagina akan terganggu.
Masyarakat Jawa dulu biasa melakukan penguapan dengan ratus (campuran berbagai bahan alami yang menimbulkan aroma wangi yang ditaburkan di atas bara). Tapi kini dipertanyakan efek sampingannya, karena uapnya merupakan hasil pembakaran. Boleh saja pakai ratus, “Tapi ratus-nya direbus. Jadi, uapnya uap basah,” saran Debra.
lhwal mengatasi keputihan dan perawatan nifas, ada sedikit perlakuan khusus. Pertama, lakukan pembasuhan. Kedua, lakukan penguapan dan berendam sambil melakukan pelvic floor exercise – latihan mengencangkan otot-otot dasar panggul. Caranya seperti gerakan menahan pipis dan lakukan sekitar 15 menit saja. Frekuensinya maksimal dua kali seminggu. Tapi latihan ini bisa pula dilakukan tiap hari bila tanpa berendam.
Candida biang petaka
Kita tahu, keputihan yang dialami setidaknya sekali seumur hidup, antara lain disebabkan jamur Candida albicans – salah satu jenis jamur yang normal ditemukan dalam organ intim wanita. Ia akan berkembang biak hingga jumlahnya melampaui batas, kalau kondisi organ intim berubah. Gejalanya, di dalam vagina terdapat cairan mengental, memutih, berbau, serta timbul rasa gatal, nyeri, dan panas saat buang air kecil atau berhubungan intim. Kalau sudah begini, pergilah ke dokter, dan sebaiknya tidak coba-coba mengobati sendiri.
Candida termasuk jamur pelahap glukosa. Bila terjadi peningkatan kadar gula darah dan ketakseimbangan hormon yang memicu naiknya gula darah, Candida akan tumbuh tak terkendali. Jamur ini juga mudah tumbuh liar pada kehamilan trisemester terakhir, atau akibat mengonsumsi pil KB, steroid, atau antibiotik. Gangguan kekebalan tubuh, misalnya akibat infeksi HIV, dapat pula menyebabkan Candida tumbuh tak terkendali.
Untuk menurunkan kemungkinan meledaknya populasi Candida, hindari terlalu banyak menyantap makanan bergula. Selanjutnya, jaga organ intim dengan sejumlah langkah mudah seperti berikut.
Pertama, jangan biarkan vagina dalam kondisi lembab. Untuk itu pilihlah celana dalam berbahan katun yang mudah menyerap keringat. Hindari celana dalam, celana panjang, celana stretch (ketat regang) pembentuk tubuh, celana olahraga, atau celana senam berpenutup kaki (nylon pantihose, panty girdles) yang berbahan nilon atau bahan sintetis lainnya. Hindari pula jins yang terlalu ketat di bagian selangkangan karena akan membuat suasana di sekitar organ intim menjadi panas dan lembab. Kondisi itu ideal bagi tumbuhnya kuman dan jamur.
Gantilah celana dalam minimal dua kali sehari, setiap mandi pagi dan sore. Ganti pula segera bila celana dalam mulai terasa lembab dan basah. Bilaslah celana dalam dengan baik setelah dicuci, sehingga tak tertinggal sisa-sisa deterjen. Celana dalam baru harus dicuci dahulu sebelum dipakai untuk mencegah zat kimia tekstil menimbulkan radang dan gatal.
Juga penting untuk menjaga berat badan seimbang. Bila terlalu gemuk, paha dan lipat paha yang terlalu ketat pun menciptakan suasana lembab bagi vagina. Jangan pula melakukan tukar-menukar celana dalam dengan orang lain, termasuk saudara sendiri.
Kedua, saat membersihkan organ intim, basuh dengan air bersih dari arah depan ke belakang. Cara sebaliknya justru bisa memindahkan bakteri dari anus ke vagina hingga menimbulkan rasa gatal. Saat di toilet umum, hindari memakai air di bak atau ember.
Bila melakukan perjalanan jauh dan terpaksa menggunakan toilet umum, ada baiknya siapkan air rebusan daun sirih dalam botol. Simpan bahan itu di kulkas sehari sebelum perjalanan. Bila memakai minyak esensial, simpanlah dalam botol gelap, agar tidak rusak bila terpapar sinar Matahari.
Menurut penelitian, air yang tergenang di toilet umum mengandung 70% jamur Candida. Sedangkan air yang mengalir dari keran di toilet umum menyimpan 10 – 20% jamur pemicu rasa gatal bahkan keputihan. Langkah terbaik dan aman, gunakan air kemasan untuk membasuh.
Hindari duduk di toilet umum, meskipun bentuknya kakus duduk. Keringkan bagian intim baik-baik dengan handuk atau tisu toilet yang bersih, lembut, tak berwarna, tak beraroma yang bisa memicu alergi, dan tak mudah sobek untuk menghindari serpihan tisu tertinggal pada organ intim yang bisa memicu alergi.
Bila vulva meradang hebat, keringkan dengan pengering rambut yang disetel dingin dengan jarak lebih dari 30 cm. Jika bulu kelamin tumbuh berlebihan, sehingga menyulitkan pengeringan daerah intim, sebaiknya dicukur saja.
Ketiga, hindari douching alias menggunakan cairan khusus pembersih vagina saat membasuh organ intim. Jauhi juga pemakaian produk feminine hygiene yang justru jadi pemicu radang. Misalnya, panty liners, pengharum, pelumas, minyak, atau bedak. Gunakan panty liners hanya di hari-hari terakhir haid.
Ketika mendapat haid, pilihlah pembalut berdaya serap tinggi, lembut tanpa parfum. Wewangian pembalut berbahan kimia tertentu justru membuat vagina gatal dan meradang, terutama bagi yang berkulit peka. Saran ketiga ini tentu tidak berlaku untuk sejumlah wanita menopause, yang atas anjuran dokter memerlukan pelembab, pembersih, atau jelly vagina.
Dibandingkan dengan organ seks pria, letak vagina (dari bahasa Latin yang bermakna sarung pedang) lebih tersembunyi dan sulit diamati sendiri oleh si empunya. Karena itu perawatannya pun perlu upaya lebih dibandingkan dengan pria. Perawatan lewat vagina spa atau feminine spa bisa menjadi pilihan.
Anda mungkin pernah mendengar nasihat seperti yang diucapkan Nenek Ponirah atau Ibu Neneng seperti ini, “Jangan makan nenas atau pisang ambon lo, nanti ‘becek’!” Mitos bahwa vagina selayaknya tidak basah, terutama saat berhubungan intim, itu mestinya tidak muncul kalau pemahaman tentang fungsi dan “cara kerja”-nya dipahami secara betul. Memang sudah dari sononya daerah intim itu basah oleh cairan pelumas ketika sudah dalam kondisi siap bersenggama dengan suami.
Kekurangpahaman soal organ seks yang satu ini pula yang mengakibatkan tidak sedikit wanita kurang mempedulikan perawatannya. Tujuannya tentu agar organ kewanitaan itu tetap bersih sehingga bebas dari infeksi dan pemicu radang. Juga tetap dalam keadaan lembab alami, bukan kering. Tentu saja perawatan itu dilakukan secara benar dan terkontrol. Kalau serampangan, bisa berakibat keseimbangan alaminya (kimiawi dan biologis) terganggu. Risiko infeksi pun meningkat.
(*)
Postingan ini pertama kali diunggah pada 29 Juli 2008 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com