Privasi yang Dipublikasi

WHATSAPP klaim punya teknologi canggih yang dienkripsi untuk melindungi data dan percakapan penggunanya.

Untuk jaminan itu, mereka mungkin menggelontorkan dana penelitian hingga jutaan dollar. US, ya. Bukan Sin$!

Dengan fasilitas pesan yang terenkripsi, Whatsapp sendiri menjamin bahwa percakapan pribadi penggunanya bersifat rahasia. Yang tahu, cuma si pengguna dan lawan chat-nya saja.

Untuk banyak hal, ini sangat membantu bagi pengguna yang butuh privasi dalam aktifitas digitalnya. Tapi untuk obrolan, masih bisa di-screenshoot, rupanya?

Dan, ini yang terjadi. Percakapan-percakapan pribadi yang seharusnya cuma diketahui pengguna yang bersangkutan dan lawan bicaranya, bisa diketahui dengan mudah oleh orang lain.

Cukup menggunakan fasilitas tangkapan layar (screen shoot), dialog percakapan secara pribadi yang dilakukan dua pengguna whatsapp, sudah bisa disebarkan. Kemudian diketahui orang lain dan jika kontennya seksi, bukan tidak mungkin menjadi viral!

Padahal, awalnya itu ranah privasi, lho.

Rasanya, teori enkripsi untuk menjaga kerahasiaan pesan pengguna yang disematkan di aplikasi itu, jadi percuma untuk kondisi yang terakhir.

Metode enkripsi canggih, cuma perlu diakali dengan fitur tangkapan layar.

————————–
APAKAH sulit menyematkan kode blokir tangkapan layar di sebuah aplikasi? Sepertinya nggak bagi mereka yang memang berkutat sebagai pengembang aplikasi.

Beberapa waktu lalu, saya pernah menggunakan aplikasi desain 3 dimensi interior untuk mendapatkan deskripsi lebih nyata dari konsep rancang bangun sebuah bangunan. Iseng-iseng saja karena saya bukan insinyur bangunan, arsitek atau ahli interior ruangan.

Tapi, desain saya ternyata dipakai oleh beberapa teman. Mereka ingin saya mengirimkan outputnya.

Yang jadi masalah, desain yang saya buat dengan aplikasi itu, tidak bisa dikonversi menjadi sebuah output. Cuma project saja. Jika ingin dijadikan hasil akhir desain 3 dimensi, saya harus beli versi premium aplikasi itu.

Dan, saya memang nggak ingin membelinya.

Saya coba akali dengan fitur tangkapan layar (screen shoot). Paling tidak, bisa mendapatkan beberapa sudut gambar statis dari rancangan itu dalam format jpeg. Ternyata, fitur tangkapan layar tidak bisa digunakan saat saya membuka aplikasi itu.

Pengembangnya menyematkan kode blokir untuk fitur tangkapan layar di aplikasinya yang gratis!

Pengembang aplikasi ini, rasanya bukan perusahaan besar. Di playstore, aplikasinya juga belum mendapat rating tinggi.

Tapi, mereka bisa dan mau menyematkan kode blokir tersebut!

————————–
SAYA menghindari untuk menggunakan tangkapan layar dalam pembicaraan-pembicaraan dengan orang lain yang dilakukan secara pribadi di aplikasi pesan instan WhatsApp. Sebisanya, Insha Allah.

Ini soal etika. Rasanya lebih sopan jika  perlu menyampaikannya kembali ke pihak lain, saya menyampaikannya dengan cara yang lain. Ini jika pembicaraan saya di ruang-ruang privasi chat memang bukan sebuah hal yang rahasia, ya.

Sambil menunggu pengelola WhatsApp berbaik hati menyematkan kode blokir tangkapan layar (screenshoot) di pembicaraan-pembicaraan pribadi penggunanya, saya pilih pakai etika saja untuk menjaganya.

(*)

Postingan ini pertama kali diunggah pada 11 Januari 2018 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com
Bintoro Suryo

About Author /

Admin

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search