GEREJA AYAM & SILATURAHMI KAMI
TIAP melintas di ruas jalan ini dulu, saya selalu suka memperhatikan logo ayamnya yang bisa bergerak-gerak mengikuti angin. Rasanya, itu menarik bagi anak kecil seperti saya.
Bentuk bangunannya juga menarik. Khas zaman Belanda dengan bentuk atap yang tinggi. Ada lonceng yang sesekali juga terdengar berbunyi.
Bapak saya bilang, gedung itu namanya gereja Ayam. Gereja peninggalan zaman Belanda. Beberapa teman dan kerabat Bapak kerap beribadat di sana, dulu. Terutama pada hari Minggu.
Sementara kami, beribadahnya di Masjid dekat rumah di komplek perumahan bandara Kijang (sekarang bandara RHF, pen). Bukan cuma saat Jumat saja.
Tapi, hampir setiap hari karena saya juga harus belajar mengaji juga di sana.
Saat Natal seperti sekarang, biasanya kami juga berkunjung ke rumah mereka. Usai mereka pulang dari gereja Ayam. Sama seperti saat kami merayakan lebaran. Mereka berkunjung untuk bersilaturahmi ke rumah kami.
Gak terasa sudah puluhan tahun, rupanya …
Oh ya, selamat merayakan Natal untuk teman-teman dan kerabat yang sekarang merayakannya.
(*)
Postingan ini pertama kali diunggah pada 25 Desember 2019 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com