VIDEO VERTIKAL YANG ANEH

(PERUBAHAN TEKNOLOGI JUGA ANEH)

KONSEP benar dan salah di dunia teknologi itu keniscayaan. Mungkin saja berubah. Begitu juga dengan pemahaman tentang mungkin atau gak mungkin.

Rumusnya sederhana, mungkin ya. Selama orang-orang pintar masih mau berinovasi, teknologi masih akan terus berubah.

Tahun 2016, saya mempercayai ini : Konsep pengambilan gambar video secara vertikal itu kurang bagus. Mempersempit ruang objek horisontal di dalamnya. Sementara ruang vertikalnya yg tidak begitu penting dieksplorasi, justru meluas.

Hasil pengambilan videonya saat diputar di software player-player mainstream yg ada di tahun-tahun itu, juga akan menyisakan ruang kosong di kiri dan kanan frame. Apalagi di perangkat tv. Itu menjengkelkan!

Zaman kemudian berubah cepat sekali. Tahun 2018, Facebook yang sudah membeli instagram, justru membenarkan konsep video ‘salah’ tersebut di salah saru fiturnya, IGTV.

Video vertikal jadi tren. Netizen ramai-ramai mengunggah konsep video ‘salah’ itu di akun-akun IG mereka. Trennya jadi massif. Para selebriti medsos juga melakukan hal serupa. Video-video vertikal mereka viral. Kemudian disebar ulang netizen.

Sekarang, mengambil video vertikal bukan cuma dilakukan yang amatir saja. Yang profesional juga makin banyak yang melakukannya. Itu bukan sesuatu yang salah dan aneh lagi.

Ada platform teknologi baru yang mendukung.

Youtube juga cepat beradaptasi. Sebagai pengembang pertama jaringan berbagi video, platform yg sudah dibeli google itu melakukannya dengan lebih lebih sempurna.

Mereka memperbaiki teknologi pemutar videonya agar bisa langsung disesuaikan dengan format video yg diunggah netizen dan kemudian ditampilkan dengan lebih sempurna.

Semua format video yg diunggah netizen, baik yg berukuran jadul 4:3, 16:9 atau bahkan yg 1:1 bisa diakses tanpa ruang kosong lagi di kiri kanan frame. Ini menyenangkan!

Video-video lama saya yg diunggah dg ukuran 4:3 saat awal-awal Youtube eksis dan belum begitu dikenal pada awal dekade 2000-an, bisa diputar lagi secara penuh.

Padahal, sejak 2012 (ralat kalau saya salah, pen), sejak youtube mengubah format pemutar videonya menjadi ukuran 16:9 dari sebelumnya 4:3, video-video lama saya jadi gak nyaman lagi ditonton. Ada ruang hitam di kiri dan kanan frame yang muncul agar bisa sesuai dg ukuran baru player youtube saat itu yang 16:9.

————

INSTAGRAM tidak melakukan yang dilakukan Youtube. Terutama untuk fitur IGTV mereka. Padahal, dari sisi pengguna, aplikasi itu sebenarnya punya potensi menyalip dominasi Youtube sebagai pengembang video berbagi di dunia.

Mereka keukeuh dan kaku dengan konsep video ‘salah’ vertikalnya tanpa mau fleksibel dengan ukuran baku sebelumnya yang berukuran 16:9 (ralat jika saya salah, pen) di fitur IGTV mereka.

Nekad mengunggah video versi 16:9 di fitur IGTV, maka siap-siap saja terpotong jadi ukuran vertikal 9:16 saat tampil.

Karena kaku, saya pribadi gak terlalu respek dengan fitur itu. Apalagi tombol IGTV juga terselip di ujung kanan atas aplikasi saat dilihat secara mobile dari gadget pengguna.

Menurut saya, itu kurang menarik perhatian pengguna untuk mengkliknya. Termasuk saya.

———————-
SETELAH dua tahun diluncurkan, pada januari 2020 ini, pengelola Instagram resmi menghapus tombol IGTV seperti yg saya sebut tadi.

Laman The Verge yang mengutip keterangan instagram menyebut bahwa kebanyakan pengguna Instagram justru menemukan konten IGTV melalui pratinjau di feed, explore, dan profil.

“Sangat sedikit yang mengklik ikon IGTV di sudut kanan atas layar di aplikasi Instagram,” kata juru bicara Instagram.

Pengembang Instagram sebenarnya sudah menyiapkan aplikasi mandiri IGTV yang bisa diunduh pengguna di App Store atau Play Store. Tapi, sampai sekarang, jumlah penggunanya relatif kecil dari pengguna Instagram yang mencapai lebih dari satu miliar itu.

Langkah penghapusan tombol tersebut juga memberi sinyal bahwa Instagram mungkin tidak memprioritaskan IGTV lagi sebagai layanan mandiri yang berbeda.

Laporan AdWeek Social Pro pekan lalu juga menyampaikan bahwa saat ini pengguna dapat mengunggah video IGTV melalui tombol yang sama untuk mengunggah video di feed.

Dan, saya sudah mencobanya.

Dari banyak artikel yang saya baca saat awal peluncuran mereka, IGTV sebenarnya merupakan layanan video jangkap panjang Instagram yang semula direncanakan untuk menyaingi YouTube.

Tapi, selain keukeuh dengan format video mereka, IGTV juga keukeuh tidak menawarkan peluang berbagi pendapatan seperti Youtube kepada para penggunanya. Menurut saya, itu tidak menarik!

Sepertinya sekarang, saya harus merubah keyakinan bahwa pesaing Youtube bukan lagi IGTV. Tapi, aplikasi baru yang muncul belakangan dan sekarang lagi booming di netizen.

Namanya, TIKTOK.

(*)

Ilustrasi gambar : © bluewolfdigital
Postingan ini pertama kali diunggah pada 7 Februari 2020 di blog lama saya : noesaja.wordpress.com
Bintoro Suryo

About Author /

Admin

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search