Perigi Yang Berawal Dari Mimpi

Kisah Perigi Raja, Kepala Desa Terakhir dan Para Transmigran di pulau Air Raja (2)

MUHAMMAD Sali sedang berada di teras rumahnya yang berada di sisi pelantar. Ia sedang berbicara dengan seseorang melalui ponsel pintar. Sepertinya urusan pekerjaan.

“Jadi, perigi tua itu ada di sebelah mana, pak?” tanya saya begitu ia selesai berbicara dengan seseorang di ponsel.

“Dekat saja, itu jalan naik ke atas sedikit, nanti ada terlihat gerbangnya. Di sebelah kanan”, katanya ramah.

Namun, Sali menolak untuk menjelaskan secara detil tentang sejarah perigi tersebut. Ia takut salah menyampaikan informasi kepada saya.

“Saya ni pendatang juga, pak. Asal saya dari Lobam. Nanti boleh lah tanya dengan yang lain di sini”, lanjutnya.

Usia Sali sebenarnya juga sudah senja, sekitar atau menjelang enam puluh tahun. Ia juga sudah berpuluh tahun tinggal di pulau ini. Tapi ia merasa tidak berhak menceritakan tentang asal mula keberadaan perigi yang disebut peninggalan seorang Raja di pulau ini.

Gerbang masuk menuju Perigi Raja di pulau Air Raja. Foto : © Pardomuan

Ikhwal cerita yang berkembang, perigi di pulau Air Raja, biasa disebut Perigi Raja, adalah perigi peninggalan seorang Raja asal Bintan. Konon pada zaman dahulu, pulau ini menjadi tempat persinggahan raja melayu yang akan menyeberang ke Johor.

Nama Pulau Air Raja itu, berawal dari sejarah hikayat tersebut. Pulau ini pernah disinggahi Raja Bintan. Disebut bernama Datuk Munsang Arafah bersama permaisurinya Tengku Puteri Siti Hawa, beserta panglima dan cucunya.

Dalam perjalanan menuju Johor (sekarang Johor Malaysia, pen), perahu lancang kuning yang membawa raja Melayu beserta rombongan ini dihantam badai. Rombongan raja diceritakan terdampar di pulau ini.

Singkat cerita, kemudian bekal mereka habis termasuk air, merekapun berdoa kepada Allah SWT untuk bisa diberikan air.

Kemudian Datuk Raja Munsang Arafah memahat sebuah batu. Air pun mengalir dari pahatan batu tersebut. Lalu dibuatlah dua perigi (sumur) yang diberi nama seperti nama kedua cucu kembar Datuk Raja Munsang Arafah, yaitu Putri Srikandi dan Putri Cahaya Nilam.

Salah satu perigi Raja yang terdapat di pulau Air Raja. Foto : Pardomuan

Jejak sejarah raja Melayu di atas, banyak dikisahkan, sampai akhirnya perigi tersebut menjadi salah satu objek destinasi wisata sejarah di kota Batam. Perigi itu dikabarkan tidak pernah kering meski musim kemarau.

“Lewat jalan sini, nah itu dia gerbangnya”, kata seorang wanita bernama Herdayunis yang bersedia mengantarkan kami ke lokasi perigi Air Raja.

Menurutnya, dulu ada plang tentang cerita asal mula perigi tersebut yang terpasang di gerbang masuknya. Tapi sekarang sudah dicopot atas kesepakatan warga.

“Perigi ni dibuat berdasarkan hasil mimpi. Di lokasi ini katanya ada perigi yang sempat digunakan seorang raja pada masa silam”, sebutnya sambil menceritakan kisah seperti yang sudah banyak dikenal orang.

Dari hasil mimpi tersebut, lokasinya diperkirakan berada di tempat yang sekarang.

“Sebenarnya, di situ ada batu tempat raja duduk,” kata Herda sambil menunjuk satu dari dua perigi yang ada di lokasi.

Karena tidak ditemukan batu sesuai hasil mimpi, akhirnya dibuat replika menyerupai batu di sana.

Mengenai plang papan cerita tentang sejarah perigi Air Raja yang sekarang sudah dicopot, menurut Herda, lebih untuk menjaga agar tidak timbul pro dan kontra tentang keberadaan perigi tersebut. Walau hanya berdasar hikayat dari mimpi menurut, lumayan banyak orang dari luar pulau Air Raja yang mengunjungi situs tersebut.

“Tak jarang, mereka juga membawa airnya. Sebagai obat, katanya,” ujar Herda.

Sekitar dua meter dari dua perigi ini, warga juga membangun sebuah bak penampungan air. Ternyata, ada aliran air di sekitar perigi yang melewati situs tersebut. Setelah tertampung di bak, airnya kemudian dialirkan lagi menggunakan pipa ke rumah-rumah warga.

Herdayunis, warga pulau Air Raja. Foto : © Bintoro Suryo

Tapi, tidak banyak yang menggunakan air dari perigi ini. Menurut Herda, hanya beberapa KK yang memanfaatkan aliran air dari perigi tersebut. Sebagian besar lainnya menggunakan aliran air dari instalasi SPAM yang dibangun di lokasi ini beberapa tahun lalu. Air yang mengalirinya diambil dari sebuah waduk bernama Tirta Amerta di pulau Subang Mas. Sebuah pulau kecil lain yang berdampingan dengan pulau Air Raja.

Muhammad Sali yang saya temui di awal, disebut warga sebagai orang yang diserahi untuk mengelola distribusi air SPAM itu untuk warga di pulau Air Raja.


HAMPIR seluruh warga di pulau Air Raja, kini sudah mengkonsumsi air bersih dari instalasi pengolahan air bersih yang bersumber dari waduk reservoir Tirta Amerta.

Data dari dinas Cipta Karya dan Tata Ruang kota Batam di situs blud-air.com, instalasi air bersih di sini, dilakukan oleh SPAM Air Raja yang menjadi bagian Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Penyediaan Air Bersih (PAB) di bawah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang kota Batam.

SPAM Air Raja. Foto : © Pardomuan

“Kalau sekarang, sebagian besar warga di sini sudah pakai air bersih dari SPAM. Cuma sedikit yang memanfaatkan aliran air di sini”, kata Herdayunis.

“Ini aliran air darimana?” tanya saya saat melihat aliran kecil air yang berada di sisi perigi.

Aliran airnya mengarah ke bak penampungan air yang dibuat warga.

Bak penampungan air di area perigi Raja. Foto : © Bintoro Suryo

“Nah itu yang tak tahu, dari atas sepertinya”, katanya.

Saya melihat aliran air yang ditampung dalam bak penampungan, tidak berasal dari dua perigi tersebut. Namun merupakan aliran air dari permukaan yang lebih tinggi di pulau ini.

Instalasi pengolahan air di pulau Air Raja. Foto : © Pardomuan

Saat kami berjalan lebih ke atas pulau, sejarak 500 meter, ada WTP yang disebutkan oleh wanita itu. Lokasinya tidak jauh dari perigi Air Raja, mengarah lebih ke bagian dalam pulau.

(*)

Bersambung

Bintoro Suryo

About Author /

Admin

2 Comments

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search