Peta Pesisir Utara Pulau Bantang [i.e. Batam]

SEBUAH peta tua yang diterbitkan di Amsterdam Belanda tahun 1847, menggambarkan pesisir Utara pulau Batam. Kala itu masih dikenal sebagai pulau Bantang.


PETA yang dibuat oleh Komite Peningkatan Peta Laut pemerintah kolonial Belanda, merupakan pengembangan peta terbitan lebih 100 tahun sebelumnya yang bernama “la Isle Bantang” atau Pulau Bantang/Batam.

Dalam keterangan peta, disebutkan bahwa peta kuno tersebut dibuat atas perintah seorang perwira Angkatan Laut Belanda, Laksamana muda Nacht E.B. van den Bosch, dicatat secara trigonometri oleh E.H. Boom, Letnan Komandan pada tahun 1846.

Pembuatan peta dilakukan oleh Komite Peningkatan Peta Laut India Timur.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang” menampilkan pulau Blakkan Padang (Belakangpadang, pen) dan pulau Samboe (Sambu, pen) . © Leiden Universiteit/ koleksi pribadi.

Ada yang menarik dari peta tersebut. Jalur pelayaran ramai digambarkan berada di sekitar pulau Blakkan Padang (pulau Belakangpadang, pen) dan pulau Samboe (pulau Sambu, pen) yang terletak di sisi barat pulau Batam. Pulau Sambu juga digambarkan telah memiliki infrastruktur jalan penghubung di dalam pulaunya.

Sementara Batam digambarkan sebagai pulau yang lebih besar dibanding pulau-pulau lain di sekitarnya. Terlihat lebih kosong, namun telah ada beberapa perkampungan masyarakat di sisi-sisi pantainya.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang” menampilkan kampung Tanjung Pinggir yang berhadapan dengan pulau Dongas di hadapan . © Leiden Universiteit/ koleksi pribadi.

Seperti misalnya perkampungan Tj. Pingee (Tanjung Pinggir, pen) dengan seruas pemukiman serta akses hubungan yang masih menggunakan jalur laut ke wilayah sekitar.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang” menampilkan kampung Mentarau di tahun 1846. © Leiden Universiteit/ koleksi pribadi.

Lebih ke timur di perairan sisi Utara pulau Batam pada peta tersebut, ada pemukiman warga yang bernama kampung Mentarau. Kehidupan warga di sini pada masa lalu, sepertinya ditopang oleh aliran Sungai Mentarau di sisi perkampungan itu.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang” menampilkan kampung Jodoe dan wilayah sekitarnya tahun 1846. © Leiden Universiteit/ koleksi pribadi.

Bergerak lebih ke timur di bagian Utara pulau Batam masa itu, ada Tj. Lie Ngsy yang digambarkan sebagai wilayah perkebunan. Dari penamaan, tanjung yang diperkirakan berada di sekitar Tiban tersebut, dikelola oleh orang – orang Tionghoa masa itu.

Waduk Reservoir DAM Sei Ladi masih berupa muara sungai yang mengarah ke laut. Di sisinya, terdapat Sungai Ketiban (sungai Tiban, pen) dan sebuah pulau kecil di muaranya yang kini berubah jadi waduk tadah hujan di masa kini.

Akses ekonomi dan pusat pertemuan orang-orang yang tinggal di pesisir Batam berada di Teluk Jodoe yang juga berdiri perkampungan yang lumayan ramai pada masa itu (1846, pen). Perihal Sei Jodoh yang sudah jadi pusat perekonomian (seperti pekan/pasar rakyat, pen), juga sudah banyak dijelaskan dalam arsip-arsip sejarah lain hingga cerita turun temurun orang lama di Batam.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang” wilayah Teloek Tring yang kini dikenal sebagai Teluk Tering/Teluk Belian di tahun 1846. © Leiden Universiteit/ koleksi pribadi.

Wilayah sebelah timur lainnya yang digambarkan dalam peta tersebut adalah perairan di sekitar Teluk Tering/ Teluk Belian (disebut dalam peta : Teloek Tring). Ada kampung Belian (disebut sebagai : Kp. Belie-an dalam peta, pen) serta kampung Tering yang diperkirakan berada di sekitar Sungai Ulu Relai di masa kini.

Potongan peta bernama “Kaart van de Noordkust van het Eiland Bantang” menampilkan pantai timur Batam. Ada Pulo Nongsa dan tiga pemukiman di sekitarnya. © Leiden Universiteit/ koleksi pribadi.

Di ujung timur Pulau Batam masa itu, ada gambaran pulau Nongsa (sekarang lebih dikenal dengan nama pulau Puteri, pen) dan beberapa perkampungan rakyat masa itu. Penyebutan Nongsa untuk mendeskripsikan pulau kecil di pesisir timur Batam itu, juga banyak termuat dalam arsip-arsip lama Belanda lain, termasuk publikasi media Singapura sekitar akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

Seperti misalnya, arsip-arsip ini:

US Transport Kilpatrick berangkat ke New York kemarin sore. Kapten kapal Van Swoll melaporkan bahwa ia melewati pelampung merah yang terapung di Pulo Nongsa. Latihan senjata berat akan berlangsung dari Benteng Siloso dan Passir Panjang pada tanggal 25, 27, 20 dan 31 Mei“, demikian catatan kapal (Shipping Notes, pen) yang dipublikasi oleh The Singapore Free Press and Mercantile Advertiser pada 29 Mei 1909.

Pada saat itu juga ditemukan sebuah sampan besar yang kosong di laut, milik seorang Bugis yang tinggal di Pulo Nongsa (di Teluk Boulan) beberapa mil jauhnya dari Singapura. Sampan tersebut disewa oleh lima orang Tionghoa untuk membawa diri mereka sendiri ke Singapore“, catatan arsip Straits Times Singapura edisi 15 April 1856.

Peta pulau-pulau di sekitar Selat Singapura dan Selat Riouw COLLBN Port 58 N 92 (Kaart van de eilanden in de omgeving van Straat Singapore en Straat Riouw COLLBN Port 58 N 92)
terbitan 1846 oleh Steendr. v. E. Spanier. Menggambarkan pulau Nongsa dan pulau Batam di selat Singapura. © Universeteit Leiden Netherland/Koleksi Pribadi

Sementara itu, tiga titik pemukiman yang dicatatkan oleh E.H. Boom di perairan timur Batam ini, yakni kampung Tj Batoe, kampung Tj. Boerong serta kampung Nongsa sendiri yang digambarkan terletak di ujung muara sungai Nongsa. Letaknya kini, diperkirakan berada di sekitar muara sungai Nongsa, beberapa ratus meter dari lokasi pelabuhan internasional Nongsa Pura Ferry Terminal.

Seiring perkembangan, nama wilayah Nongsa saat ini, dilekatkan untuk sebuah wilayah kecamatan di Batam meliputi luas 290,36 km² atau sekitar 28 persen dari total luasan kota Batam yang mencapai 1.034,76 km2.

Dalam peta ini, E.H. Boom tidak secara spesifik menggambarkan jalur akses lautnya. Hanya satu jalur yang dideskripsikan sebagai jalur laut penghubung ke pusat keramaian di Teluk Jodo di pulau Batam pada tahun 1846.

(*)

Bintoro Suryo

About Author /

Admin

1 Comment

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search