INI teluk yang dicatat oleh James Horsburg, seorang penulis Inggris dalam laporannya tentang sebuah wilayah perairan di pulau Batam yang menarik minat kapal-kapal asing untuk melabuhkan jangkarnya sejak sekitar tahun 1826.
“Teluk Boolang, di Pulo Battam,, terletak kira-kira 13 atau 14 miles sebelah tenggara Singapura, menyediakan tempat berlabuh yang aman, dan akhir-akhir ini sering dikunjungi kapal-kapal Amerika; di sini mereka memperoleh barang muatan, dan berdagang dengan Singapura, dalam rangka menghindari biaya tambahan bila langsung pergi ke Singapura, karena Teluk boolang berada di luar batas wilayah kekuasaan Inggris”.
Horsburg menukil nama wilayah ini berdasar pendataan nama-nama wilayah di sekitar selat Singapura yang dilakukan oleh kapten Daniel Ross, seorang perwira Inggris di Singapura pada rentang 1820 – 1827.

Toponimi untuk menunjukkan wilayah perairan yang sama itu, juga sering dituliskan sebagai ‘Teluk Boolan’, ‘Teluk Bolang’ atau bahkan ‘Teluk Bulang’ dalam peta kuno keluaran Inggris lainnya.
Nama ‘Boolang’, ‘Boolan’ atau ‘Bulang’ yang dicatatkan Daniel Ross, diambil dari nama perkampungan penduduk asli yang ada di sekitar teluk ini, kampung Belian. Pergeseran pengucapan dan penulisan karena pelafalan yang kurang pas, menyebabkan ‘Belian’ menjadi ‘Boolan’ dan ‘Boolang’ dalam pencatatan kartografer Inggris.

Sementara dalam peta-peta kuno Belanda, wilayah teluk perairan ini lebih familiar disebut sebagai ‘Teluk Tring’, mengambil nama dari sebuah wilayah pemukiman lain penduduk asli Batam masa itu di sekitar teluk tersebut; Orang Tring’.

Baca : “Orang Tring Bumban di Teloek Boelang”
Wilayah teluk perairan ini, pernah menjadi harapan besar pemerintah kolonial Belanda untuk menopang kebijakan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas Riouw. Kebijakan yang digagas sejak April 1828 dan berlaku penuh pada 1 Januari 1829.
Kebijakan yang akhirnya gagal karena tidak mampu bersaing dengan bandar Singapura yang dikelola Inggris masa itu.
DI masa sekarang, banyak yang salah kaprah tentang lokasi teluk yang disampaikan Horsburg itu, menyangka lokasinya berada di sekitar pulau Bulang. Wilayah lain di sekitar kepulauan Batam yang memiliki jejak kejayaan masa lalu sebagai pusat pemerintahan ketemenggungan era kerajaan Johor Pahang Riouw Lingga.

Dalam beberapa artikel sejarah, beberapa penulis di Kepulauan Riau, justeru menghubungkan catatan James Horsburg itu dengan lokasi pusat ketemenggungan Johor di pulau Bulang. Kemudian mengkait-simpulkannya dengan kenangan kejayaan masa lalu ketemenggungan itu. Sebuah konklusi yang sebenarnya sama sekali tidak berhubungan.
Kesimpulan yang keliru. Mungkin karena keterbatasan informasi latar belakang yang diperoleh.
PERIHAL penulisan nama-nama wilayah di sekitar perairan Riouw masa lalu oleh kartografer Inggris, beberapa kali dikeluhkan oleh penulis Belanda, karena sering tidak dilandasi pengetahuan wawasan tentang latar belakangnya. Sering kali juga berpotensi bias terhadap penamaan yang telah ada sebelumnya. Yang paling ceroboh adalah pencatatan yang tidak pas dengan lafal pengucapan lidah lokal.
Selain teluk Tring/Tering di Batam yang dicatatkan sebagai teluk Boolang dalam peta-peta lama Inggris, seorang ahli hukum, geografi dan etnologi Hindia Belanda pada masa kolonial, P.A. Van der Lith juga menyebut kesalahan penulisan nama pulau Bojan oleh kartografer Inggris masa lalu untuk menyebut sebuah pulau karang kecil yang sempat menjadi pusat pemerintahan Onderaffdeling Batam.
“Pulau Bojan di Kepulauan Batam sebenarnya berawal dari kesalahan penyebutan pada dokumen-dokumen Inggris sebelumnya yang menuliskan pulau kecil itu dengan nama ‘Bojan’. Nama sebenarnya adalah ‘Pulo Boedjang’ yang berarti ‘Pria yang belum menikah“. (P.A. Van der Lith – “Riouw En Onderhoorigheden”).
TELUK ini terhubung langsung ke selat internasional Singapura, tepat di sebelah tenggara negeri pulau itu. Tapi sekarang, tidak ada lagi kapal asing yang melakukan aktifitas Lego jangkar seperti catatan Horsburg hampir dua abad lalu.

Sejak lebih dari dua dekade terakhir, teluk ini lebih ramai dengan aktifitas lalu lalang kapal-kapal ferry penyeberangan dari Batam ke Singapura, begitu juga sebaliknya.
Sementara di hadapannya, lalu lalang kapal-kapal dagang besar, seperti tiada henti di selat sibuk itu.
(*)

