“Penunjuk Utara Selatan ; Subang Mas – Daik Lingga”

Cerita Subang Mas dan Pulau Tunjuk (Bagian 3)

KOMPLEK makam itu terletak di sebuah lereng bukit. Rumah warga terdekat berjarak 200 hingga 300 meter dari lokasi. Suasana benar-benar sepi. Persis di hadapannya, tak jauh dari pulau ini, ada pulau lain yang lebih kecil, bentuknya memanjang seperti ruas telunjuk manusia. Itu pulau Tunjuk.


“Nah, naiklah. Dah lumayan lama juga saya tak bersih-bersih makam puteri”, kata pak Senin sambil terus melangkahkan kaki, menapak anak-anak tangga.

“Tadi pak Senin bilang, Subang Mas itu adalah Subangnya (Giwang, pen) Puteri yang terbuat dari emas. Berarti nama pulau ini berhubungan dengan Puteri Dahlia?” tanya saya.

“Ya, begitulah”, jawabnya.

“Jadi, nama pulau ini disebut begitu sejak komplek makam ini ditemukan?” kejar saya lagi.

“Ya, begitulah. Dulu orang menyebutnya dengan nama lain. Tapi karena ada puteri, kita sekarang menyebut pulau ni sebagai Subang Mas”, lanjutnya.

Pak Senin kemudian melanjutkan ceritanya tentang hikayat puteri Dahlia di pulau ini, dari cerita yang diperolehnya.

Puteri Dahlia menurutnya adalah seorang puteri dari kerajaan Daik di Lingga pada masa lalu. Sang Puteri nekad melarikan diri dari kehidupan istana karena enggan dinikahkan dengan seorang pemuda yang dijodohkan padanya.

Bersama dayang pengasuh, panglima dan beberapa orang punggawa, mereka melarikan diri menggunakan sebuah kapal. Namun naas, kapal yang berlayar, diterpa cuaca buruk dan mengalami kebocoran. Di sekitar perairan pulau yang kini dikenal sebagai Subang Mas, kapal yang membawa rombongan puteri raja itu akhirnya karam. Sebagian penumpang meninggal, termasuk sang Puteri.

Pak Senin sedang membersihkan komplek makam Puteri Dahlia di pulau Subang Mas. © F. Yodha K. Nusantara

“Sebelum meninggal, Subang (giwang, pen) emas yang dipakai puteri terjatuh. Ia mengatakan bahwa itulah pertanda bahwa di pulau inilah jasadnya harus dimakamkan jika meninggal”, terang pak Senin yang mengaku mendapat hikayat cerita ini dari sang Puteri Dahlia sendiri yang mendatanginya secara gaib. Wallahualam.


“Tak banyak yang tahu hubungan pulau Tunjuk tu dengan Subang Mas. Sebenarnya berhubungan”, cerita pak Senin.

Selain masyarakatnya yang masih terkait hubungan saudara, menurut pak Senin, hikayat tentang puteri Dahlia di sini juga berhubungan dengan pulau Tunjuk yang sering diceritakan bisa berubah-ubah arah topografi permukaannya.

Pulau Tunjuk terletak di sebelah tenggara pulau Batam. Secara tata pemerintahan masuk ke dalam wilayah Kelurahan Subang Mas, Kecamatan Galang, Kota Batam. Letaknya persis berhadapan dengan pulau Subang Mas di gugus kepulauan Batam – Rempang – Galang (Barelang).

Dalam hikayatnya, pulau Tunjuk yang berbentuk seperti ruas jari telunjuk manusia itu, merupakan bahtera yang membawa rombongan puteri raja dari kerajaan Daik.

Pantai di pulau itu terkenal dengan pasirnya yang bisa bergerak hilang dan timbul akibat arus laut dan arah mata angin. 

“Orang bilang, pulau itu sering berubah-ubah arahnya pada bagian ujung. Kalau orang tanda (jeli, pen), musim angin Utara, ujungnya itu mengarah ke Subang Mas, musim selatan ke arah pulau Lingga”, katanya.

Menurut pak Senin, hal itu bermaksud sebagai penunjuk tentang asal Puteri Dahlia.

Secara teknis, pergerakan hilang timbul pantai di ujung pulau Tunjuk dikarenakan pasir pantai di sana ikut terbawa air laut, sebelum kemudian terempas kembali ke tempat semula. Pergerakannya sesuai dengan arah atau musim angin berhembus. Secara letak, pulau itu berada pada posisi yang terbuka dari terpaan angin.

Pulau Tunjuk dengan menara suaranya, terlihat dari Subang Mas. © F. Pardomuan

Saat ini pulau Tunjuk hanya dihuni beberapa Kepala Keluarga (KK) saja. Ada pelabuhan untuk akses ke Pulau ini. Dua instalasi menara suar, bahkan sudah ada di pulau ini sejak zaman kolonial Belanda. Warga mengenalnya sebagai menara suar putih dan menara suar merah. Saat ini, instalasi navigasi itu dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Distrik Tanjung pinang.

Sumber tenaga listrik yang ada di pulau telunjuk berupa tenaga surya. Sementara untuk kebutuhan operasi menara suar di sana, pengelola mengaktifkan listrik bertenaga diesel.


Pulau Subang Mas bersama beberapa pulau kecil di sekitarnya, masuk dalam wilayah pemerintah kota Batam sejak tahun 1999, seiring terbitnya Undang-Undang RI Nomor 53 Tahun 1999 yang menyetujui pemekaran 3 kabupaten baru dari Kabupaten Kepulauan Riau. 

Tiga kabupaten hasil pemekaran tersebut adalah Kabupaten Karimun yang terdiri dari Kecamatan Karimun, Kecamatan Moro dan Kecamatan Kundur. Kedua, Kabupaten Natuna yang terdiri dari Kecamatan Kecamatan Jemaja, Kecamatan Siantan, Kecamatan Bunguran Barat, Kecamatan Bunguran Timur, Kecamatan Serasan dan Kecamatan Midai atau dulu dikenal dengan nama Kecamatan Pulau Tujuh. Terakhir, Kotamadya Batam (definitif) yang terdiri dari Kecamatan Belakang Padang, Kecamatan Batam Barat dan Kecamatan Batam Timur yang juga memasukkan sebagian wilayah Kabupaten Kepulauan Riau. Seperti sebagian wilayah Kecamatan Galang, yang meliputi Desa Rempang Cate, Desa Sembulang, Desa Sijantung, Desa Karas dan Desa Pulau Abang. Selain itu, wilayah pemerintah Kotamadya Batam juga mengambil sebagian wilayah Kecamatan Bintan Utara, yang meliputi sebagian wilayah Desa Galang Baru, yaitu Pulau Air Raja dan Pulau Mencaras dan Desa Subang Mas.

Rumah warga di pulau Subang Mas. © F. Bintoro Suryo

Data dari pemerintah kota Batam, penduduk di Kelurahan Subang Mas yang meliputi pulau Subang Mas, pulau Labung Baru, pulau Jemare dan pulau Tunjuk berjumlah 220 KK.

60 KK di antaranya menetap di Pulau Subang Mas. Di pulau Labung Baru ada sekitar 70 KK, pulau Jemare 50 KK serta pulau Tunjuk saat ini sekitar 20 KK.

(*)

Bersambung

Selanjutnya : “Warga yang Misterius dan dua Menara Suar Peninggalan Belanda” (Cerita Subang Mas dan Pulau Tunjuk Bagian 4)

Bintoro Suryo

About Author /

Admin

2 Comments

Leave a Comment

Your email address will not be published.

Start typing and press Enter to search